Senin, 22 Agustus 2011

Metode Filsafat Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN




Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang (Al-hadits).
Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamisnya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi, sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat manusia.


BAB II
PEMBAHASAN




A.        Pengertian Metode
Dalam pengertian Letterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari meta yang berarti “melalui”, dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi, metode berarti “jalan yang dilalui”.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat konsisten dan sistematis. Mengingat sasaran itu adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jadi, penggunaan metode dalam proses pendidikan pada hakekatnya adalah pelaksanaan sikap nabi-nabi dalam pekerjaan mendidik/mengajar.[1]

B.        Metode dan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Islam dalam memecahkan problema pendidikan Islam dapat menggunakan metode-metode antara lain:
a.    Metode Spekulatif dan Kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Dalam sistem filsafat Islam disebut tafakkur. Baik Kontemplatif maupun tafakur, adalah berpikir secara mendalam dan dalam situasi yang tenang, sunyi untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang dipikirkan.
b.    Pendekatan normatif
Norma artinya nilai, juga berarti aturan-aturan atau hukum-hukum. Norma menunjukkan keteraturan suatu sistem, nilai juga menunjukkan baik buruk, berguna tidak bergunanya suatu. Pendekatan normatif dimaksudkan adalah mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata. Dalam filsafat Islam bisa disebut sebagai pendekatan Syar’iyah, yaitu mencari ketentuan dan menetapkan tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh menurut syari’at Islam.[2]

c.    Analisa Konsep
Yang juga disebut sebagai analisa bahasa. Konsep berarti tangkapan atau pengertian terhadap sesuatu obyek. Pengertian seseorang selalu berkaitan dengan bahasa, sebagai alat untuk menangkapkan pengertian tersebut.
Sebagai contoh analisis bahasa ialah berusaha memahami terminologi fitrah, apakan sama dengan “bakat, naluri atau kemampuan dasar atau desposisi”, sedangkan analisis konsep, misalnya memahami definisi: “tujuan pendidikan adalah untuk membentuk warga negara yang baik”, dan sebagainya.
Konsep seseorang tentang sesuatu objek berbeda antara satu dengan lainnya, dan konsep ini dibatasi oleh tempat dan waktu. Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi adalah juga menggunakan bahasa manusia, yang berarti juga merupakan kumpulan dari konsep-konsep yang bisa dimengerti oleh manusia.

d.    Pendekatan Historis
Historis artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam suatu setting situasi kondisi dan waktunya sendiri-sendiri. Dalam sistem pemikiran filsafat, pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalam membina masa depan.
Dalam sistem filsafat Islam, penggunaan sunah Nabi SAW sebagai sumber hukum, penelitian-penelian akan hadits-hadits yang menghasilkan pemisahan antara hadits shahih dan hadits palsu, pada hakekatnya merupakan contoh praktis dari penggunaan analisa historis dalam filsafat pendidikan Islam.

e.    Pendekatan Ilmiah
Terhadap masalah aktual yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berpikir rasional, empiris, dan eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam Islam. Pendekatan ini tidak lain merupakan realisasi dari ayat Al-Qur’an:
 

Artinya: Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang berusaha untuk mengubahnya.
         Usaha mengubah keadaan atau nasib, tidak mungkin bisa terlaksanan kalau seseorang tidak memahami permasalahan-permasalahan aktual yang dihadapinya. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib tersebut, dan ini adalah merupakan problema pokok filsafat pendidikan Islam masa sekarang.

C.        Peranan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam sebagai bagian atau komponen dari suatu sistem, ia memegang dan mempunyai peranan tertentu pada sistem di mana ia merupakan bagiannya. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, maka ia berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam berperan dalam mengembangkan filsafat Islam, dan memperkaya filsafat Islam dengan konsep-konsep dan pandangan-pandangan filosofis dalam bidang kependidikan. Dan Ilmu Pendidikan pun akan dilengkapi dengan teori-teori kependidikan yang bersifat filosofis islami.
Secara praktis (dalam prakteknya), filsafat pendidikan Islam banyak berperan dalam memberikan alternatif-alternatif pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, dan memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan Islam.
-           Pertama-tama filsafat pendidikan Islam, menunjukkan problema yang dihadapi oleh pendidikan Islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam, dan berusaha untuk memahami duduk masalahnya. Dengan analisa filsafat, maka filsafat pendidikan Islam bisa menunjukkan alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut.
-           Filsafat pendidikan Islam, memberikan pandangan tertentu tentang manusia (menurut Islam). Filsafat pendidikan berperan untuk menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam tersebut dalam bentuk-bentuk tujuan khusus yang operasional. Dan tujuan yang operasional ini berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikan.
-           Filsafat pendidikan Islam dengan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan diperkembangkan. Filsafat pendidikan Islam menunjukkan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau Al asma’ al husna, dan dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan konkret, tidak boleh mengarah kepada menodai dan merendahkan nama dan sifat Tuhan tersebut.
-           Filsafat pendidikan Islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalah pendidikan Islam masa kini yang dihadapinya, akan mendapat informasi apakah proses pendidikan Islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal, atau tidak. Dapat merumuskan di mana letak kelemahannya, dan dengan demikian bisa memberikan alternatif-alternatif perbaikan dan pengembangannya.[3]
Dengan demikian peranan filsafat pendidikan Islam, menuju kedua arah, yaitu ke arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang secara otomatis akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam, dan kedua ke arah perbaikan dan pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam.


BAB III
KESIMPULAN




            Metode dan peran filsafat pendidikan Islam merupakan suatu jalan untuk menuju tujan pendidikan Islam yang sempurna dengan metode yang berbeda-beda yang intinya mempunyai tujuan yang sama.


[1] H. Muzayyin Arifin, M. Ed. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta, hal. 89-90.
[2] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 131-132.
[3] Ibid, hal. 89-90.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar