Senin, 22 Agustus 2011

Pemuda dan Sosialisasinya


BAB I
PENDAHULUAN




Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainya.hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah-masalah pemuda ini disebakan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyusuaian diri dengan situasi yang baru dan timbulah harapan setiap pemuda karena akan mempunyai masa depan yang baik daripada orang tuanya. Proses perubahan itu terjadi secara lambat dan teratur (evolusi).
Sebagian besar pemuda mengalami pendidikan yang lebih daripada orang tuanya. Orang tua sebagai peer group yang memberikan bimbingan, pengarahan, karena merupakan norma-norma masyarakat, sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya. Banyak sekali masalah yang tidak terpecahkan karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami dan diuangkapkannya.
Dewasa ini umum dikemukakan bahwa secara biologis dan politis serta fisik seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Contohnya seperti pemuda-pemuda yang sudah menikah, mempunyai keluarga, menikmati hak politiknya sebagai warga Negara tapi dalam segi ekonominya masih tergantung kepada orang tuanya.


BAB II
PEMBAHASAN




A.           Pemuda
Pemuda adalah seseorang yang berpikir bahwa segala hal harus berubah menjadi lebih baik, namun mengetahui bahwa dirinyalah yang harus lebih dulu diubah. Pemuda adalah seseorang yang berpikir bahwa tidak ada yang tidak bisa ia lakukan demi sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Pemuda adalah seseorang yang tahu bahwa dipundaknyalah tugas menjaga diri, keluarga, kampung halaman, negara dan agama diletakkan.Tetapi diatas semua itu, Pemuda adalah seseorang yang bertindak dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam melaksanakan itu semua. Karena jika hanya berada di tataran pemikiran tanpa dilanjutkan dengan tindakan atau karya nyata maka dunia tidak akan berubah.
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainya.hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Pemuda/pemudi bisa dikatakan saat ini sangat rentan terhadap segala hal yang berkaitan dengan segala hal dari segi pikiran , dan materi. Karena pemuda memiliki tingkat emosional yang tinggi , yang serba ingin tahu , serta ingin mencobanya. Mereka ( pemuda / pemudi ) memiliki perkembangan yang kuat untuk mencari apa yang mereka inginkan demi memcapai yang di inginkan olehnya. Tingkat emosional yang begitu besar yang membuat mereka semua untuk bangkit atau semangat, berjuang mencapai keinginannaya. Pemuda zaman sekarang berbeda dengan pemuda masa lalu, perbedaannya pun jelas terlihat oleh semua orang ,dari segi pemikiran, pergaulan, pemecahan masalah, dll.
Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat, antara lain:
a.         Kemurnian idealismenya.
b.        Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang baru.
c.         Semangat pengabdiannya.
d.        Sepontanitas dan dinamikanya.
e.         Inovasi dan kreativitasnya.
f.         Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru.
g.        Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri.
h.        Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada.

Masalah-Masalah Pemuda
Pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Problema ini disebabkan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru timbullah harapan setiap pemuda akan mempunyai masa depan yang lebih baik dari pada orang tuanya.
Perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang diikuti oleh masalah peledakan penduduk dan berbagai krisis dunia dalam bidsng ekonomi, social, budaya, politik dan pertahanan keamanan, telah mempengaruhi masyarakat secara mendasar.
Pengaruh itu dirasakan pula oleh generasi muda atau pemuda sebagai masalah langsung menyangkut kepentingannya di masa kini dan tantangan yang dihadapinya di masa yang akan dating. Secara garis besar, permasalahan generasi muda itu dapat dilihat dari berbagai aspek sosial, yang meliputi :
a.         Aspek Sosiologi Psikologi.
Proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian serta penyesuaian diri secara jasmaniah dan rohaniah sejak dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keterbelakangan jasmani dan mental, salah asuh oleh orang tua/keluarga maupun guru-guru di lingkungan sekolah, pengaruh negatif dari lingkungan pergaulan sehari-hari oleh teman sebayanya. Hambatan-hambatan tersebut memungkinkan timbulnya kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua dan guru, kecanduan pada narkotika dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan gejal-gejala yang perlu memperoleh perhatian dari semua pihak.
b.        Aspek Sosial Budaya.
Kaum muda perkembangannya ada dalam proses pembangunan dan modernisasi dengan segala akibat sampingnya yang bisa mempengaruhi proses pendewasaannya, sehingga apabila tidak memperoleh arah yang jelas, maka corak dan warna masa depan Negara dan bangsa akan menjadi lain dari pada yang dicita-citakan.
c.         Aspek Sosial Ekonomi.
Pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan belum meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan mengakibatkan makin bertambahnya pengangguran di kalangan pemuda, karena kurangnya lapangan kerja.
d.        Aspek Sosial Politik.
Dalam kehidupan sosial politik aspirasi pemuda berkembang dan cenderung mengikuti pola infra struktur politik yang hidup dan berkembang pada suatu periode tertentu.Akibatnya makin dirasakan bahwa di kalangan pemuda masih ada hambatan-hambatan untuk menumbuhkan satu orientasi baru yakni pemikiran untuk menjangkau kepentingan nasional dan bangsa di atas segala kepentingan lainnya.
Dewasa ini umum diketemukan bahwa secara biologi, politis dan fisik seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali diketemukan pemuda-pemuda telah menikah, mempunyai keluarga menikmati hak politiknya sebagai warga Negara tetapi dalam segi ekonominya masih tergantung dari orang tua yang tinggal agak jauh dari tempat belajar/studinya.

B.            Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
1.      Proses sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang kain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari proses tersebut, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses sosialisasi.

2.      Media Sosialisasi
-       Keluarga
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya.
-       Sekolah
Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal.
-       Teman bermain (kelompok bermain)
Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya.

-       Media Massa
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
-       Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.

3.      Tujuan Pokok Sosialisasi
·           Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
·           Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
·           Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
·           Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
Proses Sosialisasi
Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana iamesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya.Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian:
1.        Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
2.        Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirianini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial.
Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat.

C.           Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemudadi Masyarakat.
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya.
Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar.Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara.Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani.Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.
Mahasiswa dan pemuda memilik peranan sosial yang sangat penting bagi masyarakat sekitar dan negara. Mahasiswa ataupun pemuda harus bisa menjadi generasi penerus yang baik untuk menggantikan generasi-generasi sebelumnya.

D.           Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu. Serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan:
1.      Landasan idiil: Pancasila.
2.      Landasan konstitusional: UUD 1945.
3.      Landasan Strategis: Garis-garis besar haluan Negara.
4.      Landasan historis: Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan.
5.      Landasan normatif: etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat.



BAB III
KESIMPULAN




Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan Negara bangsa dan agama.Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka dari itu para pemuda harus memnpunyai ilmu yang tinggi dengan cara sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini akan maju aman dan sentosa.

Metode Filsafat Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN




Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang (Al-hadits).
Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamisnya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi, sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat manusia.


BAB II
PEMBAHASAN




A.        Pengertian Metode
Dalam pengertian Letterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari meta yang berarti “melalui”, dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi, metode berarti “jalan yang dilalui”.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat konsisten dan sistematis. Mengingat sasaran itu adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jadi, penggunaan metode dalam proses pendidikan pada hakekatnya adalah pelaksanaan sikap nabi-nabi dalam pekerjaan mendidik/mengajar.[1]

B.        Metode dan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Islam dalam memecahkan problema pendidikan Islam dapat menggunakan metode-metode antara lain:
a.    Metode Spekulatif dan Kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Dalam sistem filsafat Islam disebut tafakkur. Baik Kontemplatif maupun tafakur, adalah berpikir secara mendalam dan dalam situasi yang tenang, sunyi untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang dipikirkan.
b.    Pendekatan normatif
Norma artinya nilai, juga berarti aturan-aturan atau hukum-hukum. Norma menunjukkan keteraturan suatu sistem, nilai juga menunjukkan baik buruk, berguna tidak bergunanya suatu. Pendekatan normatif dimaksudkan adalah mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata. Dalam filsafat Islam bisa disebut sebagai pendekatan Syar’iyah, yaitu mencari ketentuan dan menetapkan tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh menurut syari’at Islam.[2]

c.    Analisa Konsep
Yang juga disebut sebagai analisa bahasa. Konsep berarti tangkapan atau pengertian terhadap sesuatu obyek. Pengertian seseorang selalu berkaitan dengan bahasa, sebagai alat untuk menangkapkan pengertian tersebut.
Sebagai contoh analisis bahasa ialah berusaha memahami terminologi fitrah, apakan sama dengan “bakat, naluri atau kemampuan dasar atau desposisi”, sedangkan analisis konsep, misalnya memahami definisi: “tujuan pendidikan adalah untuk membentuk warga negara yang baik”, dan sebagainya.
Konsep seseorang tentang sesuatu objek berbeda antara satu dengan lainnya, dan konsep ini dibatasi oleh tempat dan waktu. Al-Qur’an dan hadits-hadits nabi adalah juga menggunakan bahasa manusia, yang berarti juga merupakan kumpulan dari konsep-konsep yang bisa dimengerti oleh manusia.

d.    Pendekatan Historis
Historis artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam suatu setting situasi kondisi dan waktunya sendiri-sendiri. Dalam sistem pemikiran filsafat, pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalam membina masa depan.
Dalam sistem filsafat Islam, penggunaan sunah Nabi SAW sebagai sumber hukum, penelitian-penelian akan hadits-hadits yang menghasilkan pemisahan antara hadits shahih dan hadits palsu, pada hakekatnya merupakan contoh praktis dari penggunaan analisa historis dalam filsafat pendidikan Islam.

e.    Pendekatan Ilmiah
Terhadap masalah aktual yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berpikir rasional, empiris, dan eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam Islam. Pendekatan ini tidak lain merupakan realisasi dari ayat Al-Qur’an:
 

Artinya: Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu sendirilah yang berusaha untuk mengubahnya.
         Usaha mengubah keadaan atau nasib, tidak mungkin bisa terlaksanan kalau seseorang tidak memahami permasalahan-permasalahan aktual yang dihadapinya. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib tersebut, dan ini adalah merupakan problema pokok filsafat pendidikan Islam masa sekarang.

C.        Peranan Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam sebagai bagian atau komponen dari suatu sistem, ia memegang dan mempunyai peranan tertentu pada sistem di mana ia merupakan bagiannya. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, maka ia berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam berperan dalam mengembangkan filsafat Islam, dan memperkaya filsafat Islam dengan konsep-konsep dan pandangan-pandangan filosofis dalam bidang kependidikan. Dan Ilmu Pendidikan pun akan dilengkapi dengan teori-teori kependidikan yang bersifat filosofis islami.
Secara praktis (dalam prakteknya), filsafat pendidikan Islam banyak berperan dalam memberikan alternatif-alternatif pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, dan memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan Islam.
-           Pertama-tama filsafat pendidikan Islam, menunjukkan problema yang dihadapi oleh pendidikan Islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam, dan berusaha untuk memahami duduk masalahnya. Dengan analisa filsafat, maka filsafat pendidikan Islam bisa menunjukkan alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut.
-           Filsafat pendidikan Islam, memberikan pandangan tertentu tentang manusia (menurut Islam). Filsafat pendidikan berperan untuk menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam tersebut dalam bentuk-bentuk tujuan khusus yang operasional. Dan tujuan yang operasional ini berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikan.
-           Filsafat pendidikan Islam dengan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan diperkembangkan. Filsafat pendidikan Islam menunjukkan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau Al asma’ al husna, dan dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan konkret, tidak boleh mengarah kepada menodai dan merendahkan nama dan sifat Tuhan tersebut.
-           Filsafat pendidikan Islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalah pendidikan Islam masa kini yang dihadapinya, akan mendapat informasi apakah proses pendidikan Islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal, atau tidak. Dapat merumuskan di mana letak kelemahannya, dan dengan demikian bisa memberikan alternatif-alternatif perbaikan dan pengembangannya.[3]
Dengan demikian peranan filsafat pendidikan Islam, menuju kedua arah, yaitu ke arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang secara otomatis akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam, dan kedua ke arah perbaikan dan pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam.


BAB III
KESIMPULAN




            Metode dan peran filsafat pendidikan Islam merupakan suatu jalan untuk menuju tujan pendidikan Islam yang sempurna dengan metode yang berbeda-beda yang intinya mempunyai tujuan yang sama.


[1] H. Muzayyin Arifin, M. Ed. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta, hal. 89-90.
[2] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 131-132.
[3] Ibid, hal. 89-90.